Negara Besar "goyang" Papua melalui OPM

JAYAPURA, Unjuk rasa yang digelar puluhan pendukung Papua Merdeka yang tergabung dalam Komite Nasional Papua Barat (KNPB) di depan Museum Provinsi Papua di Jalan Expo Waena, Jayapura, Senin (22/3), siang berakhir ricuh.

Kericuhan terjadi setelah polisi membubarkan paksa mereka karena unjuk rasa yang telah berlangsung beberapa jam tersebut tidak memiliki izin. Delapan pengunjuk rasa hingga sore masih ditahan di kantor Polresta Jayapura.

Aksi massa yang terdiri dari mahasiswa dan pemuda itu digelar sejak pukul 09.00 WIT di depan pintu masuk Museum Provinsi Papua. Semula unjuk rasa hanya diikuti beberapa mahasiswa dan pemuda. Saat itu polisi telah meminta agar mereka bubari karena aksi itu tidak mendapat izin dari aparat keamanan.

Namun, imbauan aparat tidak digubris oleh para pengunjuk rasa. Mereka terus berorasi menyampaikan aspirasi menuntut referendum bagi Papua. "Papua Merdeka. Papua Merdeka. Pemerintah Indonesia segera mengembalikan masalah Papua ke PBB. Biarkan warga Papua menentukan nasibnya sendiri," teriak pengunjuk rasa.

Empat jam kemudian, jumlah pengunjuk rasa semakin banyak, sehingga polisi mengambil langkah tegas. Tanpa diduga, puluhan aparat Brimob Polda Papua yang datang dengan menggunakan truk berhenti di depan kerumunan massa dan langsung menangkapi mereka.

Tindakan itu membuat para pengunjuk rasa lari kocar-kacir untuk menyelamatkan diri. Petugas juga berulang kali melepaskan tembakan peringatan sambil terus mengejar para pengunjuk rasa. Akhirnya delapan pengunjuk rasa ditangkap saat petugas menyisir areal museum.

Dari pengamatan intelijen

Tentang situasi papua yang kian memanas banyak pihak yang menuding bahwa terdapat kegiatan intelijen asing yang bermain di bumi cendrawasih. Dengan menggunakan berbagai kedok seperti LSM, Lingkungan hidup dan lain sebagainya, asing dapat leluasa memainkan perannya untuk menggoncang papua agar terangkat ke panggung internasional untuk dijadikan perhatian publik. Dengan begitu agenda mereka untuk membuat papua terlepas dari NKRI dapat berjalan dengan baik dengan dukungan PBB melalui referendum papua.

Pemain utama dibalik layar tentang "pementasan" papua sudah dapat ditebak, siapa lagi kalau bukan negara yang memiliki kepentingan terhadap hasil bumi papua yang kaya akan hasil tambang dan SDAnya untuk digunakan sebagai penopang ekonomi negaranya seperti Amerika Serikat (AS) dengan Freeport.

Seperti yang diutarakan oleh pengamat intelijen A.C Manulang bahwa negara seperti AS memiliki kebijakan "dua kaki" terhadap RI khususnya pandangan tentang papua. “Satu pihak mendukung kelompok OPM yang ingin lepas dari NKRI. Pada pihak lain mendukung Papua masuk wilayah NKRI”, ungkapnya.

A.C Manulang juga mengingatkan kepada pemerintah RI agar selalu berhati-hati dengan setiap kebijakan AS terhadap papua dan Ia pun menyoroti program pendidikan yang digulirkan AS dengan PT Freeport seperti English Access Micro-scholarship Program (EAMP).Soal memanasnya kembali keamanan di Freeport, manullang mencurigai pihak AS yang melakukan dengan memanfaatkan OPM.(Ars/Jamadi)

Sbr : MediaIndonesia, M. Intelijen

1 Komentar

Anonim mengatakan…
yah jangan diam saja donk, kerahkan intelijen untuk menangkal, masa di markas sendiri kaga menang?, kita khan lebih mengenal medan intelijen
Lebih baru Lebih lama