Pembajakan Bus Enam Sandera di Manila Tewas

MANILA, KOMPAS.com — Pasukan komando Filipina menembak mati seorang mantan polisi, yang menyandera 15 orang turis asing di sebuah bus di pusat kota Manila hari Senin (23/8/10). Enam orang sandera tewas terbunuh, demikian pernyataan pejabat rumah sakit.

Insiden ini berawal ketika seorang lelaki bersenjata, yang diidentifikasi sebagai Rolando Mendoza (55), mantan kapten polisi, membajak sebuah bus yang memuat turis asal Hong Kong. Bersenjatakan M-16, Mendoza menghentikan bus itu melintasi jalan lebar di taman terbesar di Manila.

"Pembajak bus dan penyandera sudah tewas. Dia memilih baku tembak dengan pasukan kami,” kata Kolonel Nelson Yabut kepada jurnalis. "Kapten Mendoza berada di tengah gang di dalam bus, menembak satu orang. Dan detik berikutnya, kami menembak Mendoza,” kata Nelson.

Petugas berwenang terlihat memindahkan satu tubuh dari depan bus sebelum memasukkannya ke dalam kendaraan.

Petugas kepolisian Manila Roderick Mariano mengutip pengemudi bus warga Filipina, yang menyelamatkan diri dari tembakan sebelum polisi menyerang bus itu, mengatakan sang penyandera menembaki para turis Hong Kong.

Petugas emergensi mengangkut lima sandera ke Rumah Sakit Manila, dua di antaranya tewas saat tiba di RS dan tiga lainnya selamat tanpa terluka. Dokter RS Manila menyebutkan RS itu menerima empat orang tewas dan satu perempuan dalam kondisi kritis.
Dari negosiasi damai berakhir dengan kekerasan.

Drama 11 jam itu berakhirt setelah lebih dari satu jam pasukan komando polisi memecahkan kaca bus yang disusul dengan serangkaian tembakan.

Sebelumnya, pria bersenjata itu melakukan negosiasi dengan tenang dengan polisi dan sembilan sandera, enam di antaranya turis Hong Kong dan tiga orang Filipina, sebagian besar perempuan dan anak, dibebaskan.

Mendoza meminta makanan dan juga bahan bakar agar AC bus tetap berjalan.
Namun situasi berubah setelah Mendoza mengacam akan membunuh para sandera melalui wawancara langsung melalui telepon dengan stasiun radio lokal.

"Saya dapat melihat banyak tim SWAT tiba, dan mereka ada di sekitar,” kata Mendoza dalam Bahasa Tagalog. “Saya tahu mereka akan membunuh saya. Saya katakan pada mereka untuk meninggalkan tempat ini.” katanya.(Ars)


Sbr : Kompas

Post a Comment

أحدث أقدم