[Klarifikasi] Seputar Kronologi Kontak Tembak Antara Lebanon-Israel & Isu Larinya Personel Indobatt

Peristiwa kontak tembak yang terjadi antara IDF (Israeli Defense Force – Angkatan Pertahanan Israel) dengan LAF (Lebanese Armed Force – Angkatan Bersenjata Lebanon) pada hari Selasa tanggal 3 Agustus 2010, telah mendapatkan respon pemberitaan yang variatif dari berbagai media massa, baik elektronik maupun cetak, di Indonesia. Salah satu pemberitaan yang menarik perhatian masyarakat Indonesia secara serius, baik pro maupun kontra, adalah pemberitaan oleh media elektronik detikNews yang berjudul “Al-Manar: 2 Prajurit RI Tinggalkan Medan Tempur Dengan Taksi”.

Terkait dengan pemberitaan tersebut, maka atas nama Satuan Tugas Batalyon Mekanis Kontingen Garuda XXIII-D/UNIFIL (Indobatt – Indonesian Battalion), saya menegaskan bahwa pemberitaan tersebut tidak benar karena fakta-fakta sebagai berikut:

1. Indobatt sebagai bagian dari satuan tugas pada level taktis operasional jajaran UNIFIL (United Nations Interim Force In Lebanon) telah melakukan seluruh prosedur yang berlaku, antara lain:

  • Prosedur Tetap pemberian peringatan kepada kedua belah pihak, baik LAF maupun IDF, yang dikenal dengan istilah Gradual Response, melalui proses negosiasi secara langsung dengan menggunakan teriakan untuk menghentikan segala upaya yang dapat memicu terjadinya konflik, mengibarkan bendera PBB sebagai tanda untuk mempertahankan perdamaian diantara kedua belah pihak serta memaksimalkan segala kemampuan yang dimiliki oleh Indobatt tanpa menggunakan senjata.

  • Prosedur Tetap implementasi STIR (Standardized Tactical Incident Reactions), sebagai sebuah pedoman taktis bagi setiap personel UNIFIL di lapangan dalam menghadapi berbagai kemungkinan insiden. Menghadapi insiden yang melibatkan IDF dan LAF kali ini, Indobatt menerapkan STIR nomer 17 tentang prosedur menghadapi dan menangani insiden antara LAF dan IDF yang dapat diperkirakan akan terjadi di daerah operasi, termasuk ketegangan (tension) antara kedua belah pihak.

  • Rules Of Engagement nomer MPS/MD 11 September 2006, sebagai pedoman pelibatan bagi seluruh personel militer yang bertugas di jajaran UNIFIL, khususnya aturan yang mengatur setiap tindakan yang harus diambil oleh para peacekeeper dalam menghalangi siapapun yang berupaya melakukan tindakan permusuhan di daerah operasi.

2. Indobatt sebagai unit peacekeeper (pasukan pemelihara perdamaian) memiliki tugas pokok memelihara situasi perdamaian di wilayah Lebanon Selatan, harus menjunjung tinggi dan mengimplementasikan sikap impartiality (sikap tidak memihak kepada pihak manapun) sebagaimana telah diamanatkan pada Resolusi Dewan Keamanan PBB nomer 1701 tanggal 11 Agustus 2006, sebagai dasar pelaksanaan tugas selama berada di daerah operasi.

3. Perlu diketahui bahwa latar belakang penyebab terjadinya peristiwa kontak senjata adalah keinginan IDF untuk memotong pohon yang berada di sisi luar Technical Fence (pagar elektrik antara wilayah Israel dan Lebanon) dan menggangu visualisasi kamera milik Israel. Di satu sisi, menurut pihak Israel, posisi pohon tersebut belum melanggar Blue Line (garis imajiner/khayal yang memisahkan wilayah Israel dan Lebanon sebagaimana ditetapkan oleh PBB pada tanggal 7 Juni 2000). Namun demikian, menurut pihak LAF, posisi pohon tersebut telah berada di dalam wilayah Lebanon dan meminta pihak UNIFIL yang melakukan proses pemotongan pohon tersebut. Karena perbedaan pendapat tersebut, maka personel Indobatt yang berada di Pos Pengamatan TP37 (pos terdekat dengan tempat kejadian) melakukan proses negosiasi selama hampir 4 jam (mulai pukul 08.00 sampai dengan pukul 12.00). Melalui proses negosiasi tersebut, Indobatt berhasil menghalangi pihak IDF dan LAF untuk melakukan kontak senjata.

4. Setibanya tim pemotong pohon dari pihak IDF di TKP, Indobatt berupaya menahan usaha pemotongan pohon sebanyak 3 kali. Namun demikian, IDF tetap bersikeras untuk memotong pohon tersebut. Hal ini mengakibatkan terjadinya kontak tembak, dimana letusan pertama terjadi sekitar pukul 12.15 waktu setempat. Menghadapi dinamika situasi yang memburuk tersebut, maka setiap perkembangan kejadian dilaporkan oleh pihak Indobatt kepada Sector East UNIFIL (Sektor Timur UNIFIL) selaku satuan komando atas langsung Indobatt. Pada saat itu pula, Sektor Timur memerintahkan personel Indobatt yang berada di TKP untuk mencari perlindungan di sekitar TKP dan tetap memonitor serta melaporkan setiap perkembangan situasi yang terjadi. Setelah kontak tembak berjalan sekitar 1,5 jam, dimana tembakan dari pihak IDF yang diarahkan kepada pihak LAF telah ditingkatkan melalui serangan yang lebih gencar oleh satuan Artileri Israel, Kavaleri Israel dengan menggunakan 2 unit Tank Markava, serta unit Udara Israel berupa 2 unit helicopter Apache dan Jet Tempur. Menanggapi perkembangan situasi di lapangan, maka Sektor Timur UNIFIL memerintahkan seluruh pasukan UNIFIL yang berada di lapangan untuk segera menarik diri dan bergerak mencari perlindungan di markas UNIFIL terdekat. Menindaklanjuti perintah Sektor Timur tersebut, maka Komandan Kompi Indobatt Kapten Inf Fardin Wardhana, sebagai unsur pimpinan tertinggi di lapangan, berusaha memerintahkan seluruh personel Indobatt untuk segera mundur. Namun demikian, karena jaringan komunikasi jajaran UNIFIL mengalami gangguan yang disebabkan oleh jamming (pengacauan frekuensi radio komunikasi) dari pihak IDF dan, pada yang bersamaan, tembakan kedua belah pihak semakin gencar, maka personel Indobatt yang berada di lapangan mengalami kesulitan untuk bergerak mundur secara bersama-sama. Akibat dari situasi ini, pasukan Indobatt terpecah menjadi 3 bagian, dimana satu bagian berjumlah 10 orang prajurit dipimpin oleh Komandan Kompi Indobatt, satu bagian berjumlah 4 orang dipimpin oleh Komandan Tim 1 Serka Dwi dan satu bagian lainnya berjumlah 2 orang dipimpin oleh Kopda Zulkarnaen. Tim yang dipimpin oleh Komandan Kompi memanfaatkan parit sebagai jalur pengunduran ke arah Selatan menuju Markas Kompi Mekanis A Indobatt. Sementara itu, tim yang dipimpin oleh Serka Dwi menggunakan kendaraan tempur VAB (panser angkut personel) melaksanakan pengunduran ke arah Utara menuju Pos Batalyon Spanyol (satuan tetangga/bersebelahan dengan Batalyon Indonesia) terdekat. Di sisi lain, tim yang berjumlah 2 orang pimpinan Kopda Zulkarnaen, tidak dapat melakukan pengunduran dan terperangkap di sebuah tempat perlindungan sekitar TKP. Setelah sekitar satu jam melakukan perlindungan di tempat tersebut, kedua orang personel Indobatt mengambil inisiatif untuk bergerak menuju Pos Pengamatan Batalyon Spanyol yang berada di sebelah utara TKP dan berjarak sekitar 750 meter dari posisi mereka berada. Pergerakan kedua orang tersebut memanfaatkan perlindungan alam berupa kebun pohon zaitun yang relatif rapat jarak antar pohonnya. Setibanya di Pos Pengamatan Batalyon Spanyol, mereka tidak menemukan satu orangpun personel UNIFIL yang berada di sekitar pos pengamatan. Melihat situasi seperti ini, maka mereka berencana untuk melanjutkan pengunduran dengan berlari menuju ke pos terdekat lainnya, dengan harapan menemukan personel UNIFIL yang lain. Di saat mereka bergerak menuju pos terdekat, mereka berpapasan dengan sebuah mobil sipil yang juga berusaha menyelamatkan diri dari gencaran tembakan pihak IDF dan LAF. Dengan pertimbangan taktis untuk mempercepat proses pengunduran, maka kedua prajurit Indobatt tersebut memutuskan untuk bergabung dengan kendaraan sipil bergerak ke arah utara sejauh 5 kilometer menuju Pos Pengamatan Batalyon Spanyol berikutnya, tepatnya di sekitar daerah Fatima Gate. Setibanya di lokasi, kedua orang tersebut turun dari kendaraan dan disambut oleh beberapa wartawan lokal serta masyarakat Lebanon setempat. Para wartawan serta merta berupaya untuk mewawancarai kedua prajurit Indobatt. Namun karena faktor keterbatasan bahasa, telah membuat kedua prajurit hanya dapat mengucapkan kalimat “We are from Indonesia” dan “We are UN” dengan penuh ekspresi rasa syukur kepada Tuhan YME. Pada saat yang bersamaan, karena jarak tempuh pengunduran yang relatif cukup jauh, telah membuat kedua prajurit mengalami dehidrasi. Melihat kondisi tersebut, warga masyarakat secara spontan memberikan air minum kepada mereka. Lebih lanjut, salah satu warga masyarakat, atas nama Saudara Achmad, yang berada di lokasi, mengenali kedua prajurit Indobatt dan menawarkan diri untuk mengantar mereka kembali ke Markas Indobatt. Menanggapi tawaran tersebut, kedua prajurit setuju dan bergerak kembali ke Markas Indobatt dengan menggunakan kendaraan sipil milik Saudara Achmad tersebut.

5. Pada hari Rabu tanggal 4 Agustus 2010, bertempat di TKP dan sekitarnya, pihak Markas Besar UNIFIL beserta Sektor Timur UNIFIL dan Tim Investigasi UNIFIL melakukan pemeriksaan secara terperinci tentang segala upaya dan usaha serta prosedur yang telah ditempuh oleh personel Indobatt dalam menghadapi dan menangani insiden yang telah berlangsung pada tanggal 3 Agustus 2010. Pihak UNIFIL seluruhnya yang berada di lapangan memberikan apresiasi kepada Batalyon Indonesia yang telah melaksanakan tugas secara profesional, proporsional dan imparsial dalam menghadapi dan menangani insiden yang telah terjadi sesuai dengan seluruh aturan dan prosedur yang berlaku di jajaran UNIFIL.

Demikian tanggapan yang dapat kami berikan dalam rangka memberikan penerangan dan informasi aktual yang terjadi di lapangan pada saat sebelum, selama dan sesudah terjadinya insiden kontak bersenjata antara pihak IDF dan LAF pada tanggal 3 Agustus 2010 di sekitar perbatasan Israel dan Lebanon.


Sbr : Satuan Tugas Batalyon Mekanis Kontingen Garuda XXIII-D/UNIFIL (Indobatt – Indonesian Battalion)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama