Dubes Rusia Kritik Media Massa Indonesia

JAKARTA--MI: Rusia menyayangkan sebagian besar media massa di Indonesia melihat serangan bom bunuh diri di Kota Moskow akhir bulan lalu melalui kaca mata Barat.

Hal itu diungkapkan Duta Besar Rusia untuk Indonesia Alexander A Ivanov dalam sebuah pertemuan dengan beberapa wartawan di Jakarta, Kamis (8/4).

Ivanov menyoroti artikel-artikel di media massa Indonesia yang mengulas mengenai serangan bom di Moskow yang menewaskan 39 orang pada 29 Maret silam. Informasi yang dilansir media massa Indonesia, katanya, sebagian besar bersumber dari kantor-kantor berita Barat.

Ivanov mengaku tidak terlalu terkejut dengan isi artikel-artikel media Barat. "Tetapi yang mengejutkan saya mengapa media di Indonesia mencetak ulang artikel-artikel itu. Apakah itu artinya wartawan Indonesia memiliki pendapat yang sama dengan para penulis artikel dari Barat itu?"

Pria kelahiran 1952 itu menilai artikel-artikel itu tidak bersimpati terhadap rakyat dan pemerintah Rusia. Ivanov juga menyesalkan karena serangan bom bunuh diri itu tidak dilabeli 'aksi teroris'.

"Teroris-teroris yang merencanakan dan menjalankan pemboman bunuh diri itu disebut pemberontak, pemberontak Chechnya, militan, militan Islam, ekstremis Islam, dan bahkan Mujahidin. Tetapi tidak ada kata teroris," papar Ivanov.

Istilah 'separatis' yang disematkan pada para pelaku, menurutnya, juga tidak tepat. "Menurut persepsi kami, aksi-aksi teroris di Moskow didalangi teroris. Mereka bukan separatis," tandas pria lulusan Institut Hubungan Internasional Negara, Moskow, itu.

Ivanov menolak pendapat yang mengatakan bahwa serangan bom bunuh diri di kereta bawah tanah Moskow berhubungan dengan gerakan separatis di Republik Chechnya. Ia mengklaim perdamaian telah terwujud di Chechnya.

"Tidak ada lagi perang menuntut kemerdekaan. Tidak ada lagi separatis di Republik Chechnya," ujarnya.

Meski demikian ia mengakui situasi sosial ekonomi di republik-republik di kawasan Kaukasus Utara memang terbelakang. Namun, Ivanov tidak setuju jika dikatakan faktor kemiskinan memicu terjadinya aksi-aksi kekerasan tersebut.

Ia mengatakan sebagian besar 'teroris' yang beroperasi di Rusia adalah orang yang berkemampuan. Ketika ditanya lalu apa motif lain mereka melakukan tindakan itu, Ivanov menjawab uang. "Pengatur aksi-aksi teroris ini dibayar tinggi oleh orang-orang di luar negeri," tukasnya.

Doku Umarov, pemimpin pejuang kemerdekaan di Kaukasus Utara, mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri di Moskow. Umarov mengatakan serangan itu sebagai pembalasan atas pembunuhan warga sipil oleh pasukan bersenjata Rusia. Salah satu pelaku bunuh diri adalah janda seorang pejuang yang tewas oleh militer Rusia. (EP/OL-7/Ars)


Sbr : MediaIndonesia

Post a Comment

أحدث أقدم