Road Map Teroris 2010

Setelah aksi penyergapan dan pengungkapan kelompok teroris di Aceh dan Pamulang oleh pihak kepolisian, yang salah satunya berhasil menewaskan Dulmatin, apakah terorisme di Indonesia akan akan berhenti? Melihat fakta fenomenalnya, masih besar kemungkinannya aksi teror terus berlangsung.

Beberapa pengamat terorisme dan pengamat intelijen berpendapat, potensi aksi teror masih cukup besar di Indonesia. Hal ini, bisa jadi karena memang ada target dari jaringan teroris. Atau, ada sekenario tertentu terkait aksi teror di Indonesia oleh pihak asing.

Mardigu, misalnya, mengatakan teroris telah membuat range target. Empat diantaranya adalah, pertama, Kepala Negara; kedua, pemimpin pilar bangsa; ketiga, pemboman atau penyerangan instalasi penting; dan keempat penyerangan kedutaan besar asing di Indonesia. Pengamat teroris ini melihat, aksi teror di Indonesia adalah bukan bagian dari rekayasa atau “proyek teror”.

Berbeda dengan Mardigu, berdasarkan analisis dan informasi yang ada, pengamat intelijen AC Manullang menyimpulkan bahwa “teroris Pamulang” dan “teroris Aceh” merupakan bagian dari permainan Amerika Serikat. Semuanya diarahkan sebagai bukti bahwa di Indonesia masih eksis kelompok-kelompok teroris. Manullang melihat AS ingin memojokkan Indonesia dengan mempersepsikan kondisi keamanan di Indonesia adalah semu. Target operation deception yang dilakukan CIA tidak lain adalah Muslim civilisation, peradaban Islam.

Sementara menurut pihak kepolisian, teroris Aceh dan Pamulang, terkait dengan keinginan pembentukan Negara Islam Indonesia (NII) dan Daulah Islam Asia Tenggara. Jaringan teroris ini ingin menjadikan Aceh sebagai basisnya. Kesimpulan pemeriksaan sementara pihak kepolisian ini didasarkan pengakuan beberapa tersangka teroris yang tertangkap. Secara historis, ideologis dan geopolitik kesimpulan polisi tersebut mendapat penguatan dari Al Chaidar. Pengamat NII ini melihat ada faksi-faksi NII yang berinteraksi dan bersinergis dengan jaringan teroris. Mereka berkeinginan menjadikan Aceh sebagai basis gerakan, karena dipandang sebagai wilayah yang aman (qoidah aminah). Selain Aceh, disebutnya Lombok.

Dengan kesimpulan itu, sudah jelas, akan ada target selanjutnya dalam perburuan teroris di Indonesia. Bahkan untuk memantapkan aksi kontra teror itu mulai ada “titik temu” antara Polri dan TNI. Hal ini dapat dilihat dari latihan gabungan anti teror yang digelar bersama oleh kedua institusi ini dibeberapa tempat di Jakarta.

Hanya saja, terlibatnya TNI dalam penanganan aksi teror di Indonesia, bisa jadi masih belum akan mendapat lampu hijau sepenuhnya dari AS. Menurut Andi Wijayanto, unit khusus teroris di TNI ada di pasukan khusus. Namun AS, karena adanya Leahy Law, maka tidak bisa melakukan program kerjasama yang melibatkan pasukan khusus, termasuk unit anti teror yang ada di Kopassus.

Pada perkembangan lain, juga muncul pergeseran aksi teror ke wilayah laut. Dalam aksi teror maritime ini, pembajakan kapal akan menjadi trend baru. Ada kemungkinan kelompok teroris memang mencoba menggeser sasaran mereka, sebagaimana model yang berlangsung di Somalia. Tetapi tidak menutup kemungkinan juga bahwa teroris maritim ini terkait dengan presaingan “penguasaan” pengamanan Selat Malaka. Road Map Teroris 2010? (Jamadi/Ars)


Sbr : M. Intelijen

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama