PYONGYANG (SuaraMedia News) – Korea Utara menuduh AS dan Korea Selatan menginginkan perubahan rezim di negaranya, dan mengancam akan meluncurkan serangan nuklir untuk melawan provokasi apapun dari kedua negara itu.
”Mereka yang ingin menjatuhkan sistem di Korea Utara akan menjadi korban dari serangan nuklir oleh angkatan bersenjata yang tak terkalahkan,” ujar juru bicara Staf Umum Korea Utara kepada kantor berita pusat Korea pada hari Jumat (25/3).
Juru bicara itu mengutip laporan surat kabar Korea Selatan sebagai bukti dari langkah putus asa imperialis AS terhadap Semenanjung Korea.
Pada tanggal 19 Maret, sebuah surat kabar Korea Selatan mengklaim bahwa Komando Pasifik AS akan bertemu dengan lembaga pemikir Korea Selatan dan China bulan depan.
Berdasarkan laporan itu, mereka disebut mengadakan pembicaraan tentang bagaimana mengendalikan senjata pemusnah massal Korea Utara ketika pemerintahan di Pyongyang runtuh.
Awal bulan ini, Korea Utara mengkritik Selatan karena merencanakan latihan perang gabungan bersama dengan AS. Militer Korea Utara mengatakan bahwa latihan itu adalah pemanasan untuk menginvasi mereka
Pyongyang juga mengatakan akan merespon agresi apa pun dengan senjata nuklir jika dibutuhkan. Korea Utara telah berjanji akan memperbesar arsenal nuklirnya untuk melawan ”ancaman militer dan provokasi AS”.
Korea Utara secara rutin mengeluarkan peringatan semacam itu. Diplomat-diplomat Korea Selatan dan AS telahberulangkali menyerukan kepada Pyongyang untuk kembali ke negosiasi internasional yang bertujuan mengakhiri program nuklirnya.
Ketegangan di Semenanjung Korea telah tinggi sejak uji coba nuklir Utara pada bulan April 2009. Korea Utara diyakini memiliki plutonium yang cukup untuk setidaknya setengah lusin bom atom.
Menyusul pergerakan itu, Dewan Keamanan PBB memperkeras sanksi terhadap Pyongyang yang berujung pada mundurnya Utara dari pembicaraan enam pihak yang ditujukan untuk melucuti program nuklirnya.
Para ahli dari Korea Selatan, AS, dan China akan bertemu di China bulan depan untuk berbagi informasi mengenai Korea Utara, menilai kemungkinan-kemungkinan di negara tersebut, dan mempertimbangkan cara-cara untuk bekerjasama jika terjadi situasi darurat, surat kabar Korea Selatan Dong-a Ilbo melaporka. Para ahli juga akan menggelar pertemuan lanjutan di Seoul pada bulan Juni dan di Honolulu pada bulan Juli.
Peringatan Korea Utara pada hari Jumat (25/3) terutama merujuk pada laporan koran tersebut.
Media Korea Selatan melaporkan bahwa Seoul telah menyusun rencana operasi militer dengan AS untuk mengatasi kemungkinan darurat di Utara. Korea Utara mengatakan bahwa AS berencana menggulingkan rezimnya, sebuah klaim yang oleh Washington dibantah.
Nasib Senjata nuklir korea utara semakin tak menentu sejak akhir 2008 akibat kesehatan pemimpin Kim Jong Il yang memburuk.
Kim, yang menderita stroke di tahun 2008, mungkin hanya memiliki sisa umur tiga tahun, ujar media Korea Selatan melaporkan. Kematiannya diperkirakan akan berpotensi memicu instabilitas dan perebutan kekuasaan di Utara.
Jenderal Walter Sharp, komandan utama AS di Korea Selatan, mengatakan bahwa kemungkinan kekacauan di Korea Utara menjadi kekhawatiran nyata, sambil menyebutkan keadaan ekonomi negara itu yang lemah, gizi buruk di kalangan penduduk sipil maupun personel militer, dan senjata nuklirnya.
”Kemungkinan perubahan kepemimpinan secara tiba-tiba di Utara dapat mendestabilisasi dan tidak terduga,” ujarnya awal minggu ini. (rin/pv/yh/Ars)
Sbr : SuaraMedia