Menhan Yakin Bolongnya Anggaran Alutsista akan Tertambal

JAKARTA--MI: Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro optimistis bisa memenuhi kekurangan Rp57 triliun anggaran alat utama sistem persenjataan (alutsisata) sesuai rencana strategis (renstra) dalam waktu lima tahun.

Itu karena didukung oleh kondisi perekonomian Indonesia yang cukup kuat untuk memenuhi hal tersebut. "Sekarang sedang diperjuangkan. Kami harap perekonomian Indonesia baik agar bisa mendapatkannya," ujarnya saat ditemui di Istana Wakil Presiden Jakarta, Rabu (29/9).

Menurut Purnomo,perekonomian Indonesia kini cukup kuat untuk menopang kebutuhan pertahanan tersebut. "Devisa sekarang US$78 miliar, sangat kuat," ucapnya.

Ia menjelaskan, dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2015, dianggarkan sekitar Rp100 triliun untuk pengadaan dan perawatan persenjataan. Padahal sebetulnya yang diperlukan tak kurang dari Rp157 triliun.

Artinya, masih ada Rp57 triliun yang harus ditambal pemerintah dari sumber lainnya, semisal sindikasi bank. Purnomo menyatakan bahwa uang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pertahanan sebenarnya bakal kembali untuk industri domestik, membuka kegiatan ekonomi, dan lapangan kerja.

150 Trilliun akan dialokasikan untuk Alutsista

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan kementeriannya menganggarkan sekitar Rp150 triliun untuk pengadaan serta pemeliharaan dan perawatan alat utama sistem persenjataan (Alutsista) yang sebagian besar diambil dari Rencana Pembangunan Menengah Nasional 2010-2014.

"Dari jumlah tersebut sebesar Rp100 triliun diambil dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional atau RPJMN 2010-2014," kata Menhan Purnomo kepada pers, di Istana Wapres Jakarta, Rabu (29/9).

Hal tersebut dikemukakan seusai dirinya menerima penghargaan Cinta Karya Bangsa dari Wapres Boediono, yang juga dihadiri oleh Menperind MS Hidayat, Menteri ESDM Darwin Saleh serta sejumlah pejabat instansi/kementrian serta direktur BUMN.

Alutsista yang akan dibuat di dalam negeri dari anggaran Rp150 triliun tersebut meliputi kapal fregat, juga kapal patroli cepat (fast patrol boat).

Ia menjelaskan, untuk kebutuhan di perairan Indonesia barat, TNI AL tidak mengembangkan kapal ukuran besar, sehingga bisa dibuat di dalam negeri dilengkapi persenjataan modern seperti rudal.
"Kalau yang untuk Indonesia timur memang kapalnya besar-besar.

Seperti fregat itu kita bangun di Surabaya. Mudah-mudahan akhir tahun kita bisa mendeklarasikan untuk membangun kapal selam di Indonesia juga di PT PAL," kata Menhan.
Hal yang menarik dalam pembuatan Alutsista tersebut adalah semua tenaga yang mengerjakan adalah tenaga Indonesia sehingga bisa menciptakan suatu lapangan kerja dan memiliki dampak berantai yang luas.

"Satu fregat bisa menyerap sekitar 2.000 tenaga kerja jadi kalau dua fregat bisa menyerap dua kali lipat tenaga kerja. Belum lagi dampak ekonomi lainnya," kata Purnomo. Untuk itu, tegasnya, dirinya tetap memprioritaskan penggunaan produksi dalam negeri dalam pembuatan Alutsista.

Indonesia sudah mulai memproduksi kapal selam untuk angkatan laut dan Produksi tersebut sudah dilakukan di PT PAL Indonesia. Sedangkan kapal Freegat akan dibuat lebih besar daripada kapal sejenis milik Malaysia.
Rencananya pemerintah akan mengadakan enam unit tapi untuk saat ini hanya satu yang akan dikerjakan terlebih dahulu menyesuaikan dengan perekonomian Indonesia.

Misil Lokal Lengkapi Persenjataan Sukhoi

Tentang persenjataan Sukhoi Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyatakan persenjataan untuk pesawat Sukhoi yang baru di beli pemerintah tidak harus berasal dari Rusia. Tapi akan menggunakan senjata dari buatan dalam negeri.

"Sebetulnya senjata itu bisa dibeli dan tidak harus buatan Rusia, jadi kalau kita kontrak dengan Sukhoi yang penting dia ada raknya," ungkap Purnomo di Istana Negara, Jakarta, Selasa (28/9). Purnomo menyatakan, pada latihan yang dilakukan di Takalar, bom yang dipasang merupakan produksi dalam negeri. "Ternyata dengan (bom) buatan dalam negeri sudah bisa," jelas mantan Menteri ESDM itu.

Meski berbeda jenis antara pesawat dan senjata, Purnomo mengaku tidak ada masalah dengan sistem komputerisasi pesawat. "Kalau itu kombinasi dari berbagai bentuk senjata, yang penting ada raknya, kayak kalau kita terbang di samping pesawat itu kan ada raknya itu.

Jadi tidak harus datang dari Rusia," tuturnya.
Saat ini Indonesia memiliki 10 pesawat Sukhoi. Direncanakan bakal ada tambahan enam pesawat lagi untuk memenuhi satu skuadron. (Rin/OL-2/Ars)


Sbr : MediaIndonesia

Post a Comment

أحدث أقدم