![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFuu3KcpaXIhHnAVn0HklMpc5p5Rse4JaXajNiqqBigF2-tEjrGEDZjQ0XRS4dJb3he4zMGXjqvmMbGLzQ7zTEhhGsUzfjiOYnMTz-2RBV21XRogHIt7haOYF7TfdvZybPAJorYoiG3SM/s320/kopasus.jpg)
"Saya memang kemarin selama 10 hari berada di AS dalam rangka normalisasi hubungan dengan US Special Forces," kata Lodewijk seusai upacara serah terima jabatan sejumlah Komandan Satuan di Makopassus, Cijantung, Senin (15/3/2010).
Ia mengatakan, kedatangannya ke AS secara khusus juga menjelaskan dan mengklarifikasi sejumlah reformasi internal di jajaran Kopassus. Hubungan di antara kedua pihak memang sempat mengalami fase buruk. Kasus dugaan pelanggaran HAM oleh Kopassus disebut menjadi alasan blacklist yang dilakukan oleh militer AS. Embargo persenjataan dan ketiadaan kerja sama militer sempat dilakukan AS kepada Kopassus.
Meski demikian, Lodewijk mengatakan, penjelasannya kepada militer AS itu dilakukan bukan semata untuk meminta agar hubungan kedua belah pihak dibuka kembali. "Hasil itu pada level yang lebih tinggi masih diproses. Kita tunggu saja," katanya.
Menurut Lodewijk, Kopassus merupakan pasukan elite Indonesia yang tidak bergantung pada militer negara lain mana pun. Tanpa AS, kata dia, Kopassus juga masih menjalin kerja sama dengan militer sejumlah negara sahabat lainnya. "Saya kan ke sana hanya jelaskan masalah normalisasi. Partner kita masih ada yang lain, Singapura, Thailand, Australia, Korea, dan China," tuntasnya.(Ars)
Sbr : Kompas