![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqIPi1mcmk2nwGlm6G5mrHbIk_RWVUnkWWeBCbQZZMAHzDR7_aHvH9SL3-AoVOzme3tLNYSt2fDH6nlD2hiLQbND61V7ego1jpeHuz1xQtgsZ-17kChqqXXgVYPJ_pT5WsLYhM45MhSCs/s320/20100313_071208_Latihan-teroris-MI.Dt.jpg)
"Mereka bisa memberantas teroris, tapi tidak dilakukan. Makanya, dananya dihentikan," ujarnya di Jakarta, Sabtu (13/3).
Umar melihat sikap pemerintah yang memberantas terorisme sekarang yang berdekatan dengan kedatangan Presiden Amerika Serikat Barack Obama, seperti menjilat pihak asing untuk mendapatkan dana bantuan. "Ini hanya skenario dari pemerintah untuk menjilat dan mendapatkan bantuan. Tapi, kenyataannya tidak berhasil," ujarnya.
Ketidakberhasilan pemerintah untuk mendapatkan bantuan ini dilihat dari kedatangan Obama yang awalnya merupakan kunjungan negara ke Jakarta, menjadi kunjungan wisata ke Bali. "Dana bantuan ini sudah selesai sejak 2009 silam. Dananya sekitar US$250 juta," imbuhnya lagi.
Mengenai keterkaitan terorisme di Aceh dan Pamulang, Umar mengatakan pemerintah telah salah memberikan informasi. Menurutnya, Pamulang tidak mungkin menjadi pemasok senjata. "Aceh yang sebagai pemasok senjata, bukan Pamulang. Senjata sudah ada di sana. Pamulang sebagai pemasok itu salah besar," tegasnya.
Aceh masih memiliki banyak pasokan senjata. Soalnya, pemerintah hingga sekarang belum melakukan pembersihan senjata.(Ars)
Sbr : Media Indonesia